24 November, 2009

Real Dad :')

Mungkin, udah banyak yang baca note ini di Facebook. Gw juga udah baca. Buat yang udah baca, pasti akan bilang, 'Sedih banget bacanya,' atau 'Mau nangis ih.'
Yeah, itu beberapa komen soal note ini. And that's the reason why gw copas dan gw re-post di blog gw. Maybe, ada yang belum baca. Dan di postingan gw ini, emang ada sedikit perubahan sih. Tapi tidak membuat postingan ini berubah sepenuhnya kok. So let's we begin :)

---------------------------------------


Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya, akan seringkali merasa rindu sekali dengan Ibunya.
Kenapa? Jawabannya mungkin, karena Ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaan kita setiap hari. Tapi apakah kita tahu? Bahwa ternyata, Ayahlah yang mengingatkan Ibu untuk menelpon dan menanyakan kabar kita.

Mungkin dulu, sewaktu kita masih kecil, Ibulah yang lebih sering mengajak kita bercerita atau berdongeng. Tapi apakah kita tahu? Bahwa sepulang Ayah bekerja dan dengan wajah lelah, Ayah akan selalu menanyakan pada Ibu tentang kabar kita dan apa yang kita lakukan seharian.

Pada saat kita masih seorang anak perempuan yang kecil, Ayah biasanya akan mengajari kita naik sepeda. Dan setelah Ayah mengganggap kita bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepeda kita. Kemudian Ibu akan bilang, 'Jangan dulu, yah. Jangan dilepas dulu roda bantunya!'
Kenapa Ibu mengatakan itu? Karena ia terlalu takut putri manisnya terjatuh, lalu terluka. Tapi apakah kita sadar? Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkan kita, menatap kita, dan menjaga kita saat mengayuh sepeda dengan seksama, karena dia tahu, putri kecilnya PASTI BISA!

Pada saat kita menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ibu akan menatap kita iba. Tetapi apa yang Ayah lakukan? Ia akan mengatakan dengan tegas, 'Boleh. Tapi kita beli nanti. Tidak sekarang!' Mengapa Ayah melakukan itu? Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kita menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi.

Saat kita sakit pilek. Ayah akan sangat khawatir dengan keadaan kita. Sampai terkadang, ia akan sedikit membentak dengan berkata, 'Sudah dibilang, jangan minum air dingin!'
Hal itu berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihati kita dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaan kita.

Ketika kita sudah beranjak remaja. Kita pasti mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam dan Ayah, pasti akan bersikap tegas dengan mengatakan, 'Tidak boleh!'
Tahukah kita bahwa Ayah melakukan itu untuk menjaga kita. Karena bagi Ayah, kita adalah sesuatu yang sangat" luar biasa berharganya.
Setelah Ayah mengatakan itu, kita pasti marah pada Ayah dan masuk ke kamar sambil membanting pintu. Dan yang datang mengetok pintu serta membujuk kita agar tidak marah adalah Ibu. Tahukah kita bahwa saat itu, Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya. Bahwa sebenarnya Ayah sangat ingin mengikuti keinginan kita, tapi lagi" dia HARUS menjaga kita.

Ketika seorang cowok mulai sering menelpon kita atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu. Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia, dan Ayah pasti akan sesekali menguping atau mengintip saat kita sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kita? Kalau sebenarnya, hati Ayah merasa cemburu.

Saat kita mulai lebih dipercaya dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah, kita pasti akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu dan menunggu kita pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut-larut, dan ketika melihat kita pulang larut malam, hati Ayah akan mengeras dan Ayah akan memarahi kita. Sadarkah kita? Bahwa Ayah melakukan itu, karena hal yang sangat ditakuti Ayah akan segera datang.

Waktu dimana putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Ayah
setelah lulus SMA. Ayah akan sedikit memaksa kita untuk menjadi seorang dokter atau insinyur, atau apapun yang Ayah inginkan. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata-mata hanya karena memikirkan masa depan kita nanti. Tapi toh Ayah akan tetap tersenyum dan mendukung kita, saat pilihan kita ternyata, tidak sesuai dengan keinginannya.

Ketika kita telah tumbuh menjadi gadis dewasa, dan kita harus pergi kuliah di kota lain. Ayah harus melepas kita di bandara. Tahukah kita bahwa sebenarnya, badan Ayah terasa kaku untuk memeluk kita. Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini-itu, dan menyuruh kita untuk berhati-hati. Padahal sebenarnya, Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memeluk kita erat-erat. Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya dan menepuk pundak kita sambil berkata, 'Jaga dirimu baik-baik ya sayang.'
Sesungguhnya, Ayah melakukan itu semua agar kita menjadi KUAT. Menjadi kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.

Disaat kita butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupan kita, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah. Mengapa? Karena, Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.

Ketika permintaan kita bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kita inginkan. Kata" yang keluar dari mulut Ayah adalah, 'Tidak, tidak bisa!'
Padahal dalam batinnya, ia sangat ingin mengatakan, 'Iya sayang. Nanti Ayah belikan untukmu.'
Tahukah kita bahwa pada saat itu, Ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum!

Ketika tiba saat dimana kita akan diwisuda sebagai seorang sarjana, Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untuk kita. Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa dan telah menjadi seseorang.

Sampai saat seorang teman lelaki kita datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambil kita darinya. Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin. Karena Ayah tahu, bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.

Dan akhirnya, disaat Ayah melihat kita duduk di panggung pelaminan bersama seseorang lelaki yang dianggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia. Apakah kita tahu? Di hari yang bahagia itu, Ayah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis. Ayah menangis karena Ayah sangat berbahagia. Kemudian Ayah berdoa, dan di dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata, 'Ya Allah, tugasku telah selesai dengan baik. Putri kecilku yang lucu dan kucintai yang Kau titipkan kepadaku, telah tumbuh menjadi wanita yang cantik. Ya Allah, bahagiakanlah ia bersama suaminya.'

Setelah itu, Ayah hanya bisa menunggu kedatangan kita bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk. Dengan rambut yang telah dan semakin memutih, serta badannya dan lengannya yang tak lagi kuat untuk menjaga kita dari bahaya, Ayah telah menyelesaikan tugasnya.

Ayah, Papah, Bapak atau Abah kita adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat. Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis, atu saat dia ingin memanjakan kita, dia harus tetap terlihat tegas. Dan dia adalah orang pertama yang selalu yakin bahwa, KITA BISA dalam segala hal.
WE LOVE YOU DAD :)


images from here